MP3

Minggu, 03 Januari 2016

Pongke; Alat musik bambu dari Enrekang

PONGKE
 (Musik bambu yang terancam hilang)
Baru-baru ini penulis menonton tanyangan di salah satu stasiun swasta yang isi tanyangannya tentang Pongke musik bambu khas suku Duri Enrekang Sulawesi-Selatan.  Masyarakat Indonesia dan dunia mungkin hanya akrab dengan angklung musik bambu dari tanah Sunda ini memang sudah mendunia. Promosi yang massive dari pemerintah daerah sampai pusat memang dari dulu gencar dilakukan, hasilnya pun kini dunia mengenal angklung sebagai maha karya yang luar biasa.
Pemain musik Pobgke ;source 360 metro tv
Pongke adalah salah satu instrumen dalam satu paduan instrumen musik bambu di kabupaten Enrekang yang dikenal dengan nama musik bas. Dalam musik bas ada beberapa instrumen musik pelengkap seperti suling dan pongke ukuranya pun bervariasi dari suling yang kecil yang berperan sebagai melodi sampe suling yang ukuran lebih besar. Demikian pula dengan pongke ada yang ukuranya kecil sampai yang besar . Pertunjukan musik bas biasa dimaikan dalam grup mirip seperti orkestra lengkap dengan dirigennya. Pongke berperan sebagai instrumen penghasil nada-nada sofran yang masyarakat Duri sebut dengan bas tadi. Memang ukuranya yang besar juga menghasilkan nada yang berat seperti bas. Maslahnya untuk memaikan Pongke dibutuhkan teknik dan pelatihan yang kusus karena tidak mudah memainkan alat musik yang satu ini. Dengan ukurannya yang besar maka otomatis membutuhkan membutuhkan tenaga dan nafas yang kuat.
Beragam ukuran Instrumen Pongke
Sebenarnya yang membuat pongke terancam punah adalah karena sudah sangat sedikit sekali orang yang bisa memainkan pongke. Saat ini pun yang bisa memainkan alat musik ini usianya rata-rata diatas 40 tahun. Hal ini tentu sangat memprihatinkan jika tidak ada regenerasi maka bisa dipastikan 10 atau 20 tahun yang akan datang alat musik pongke benar-benar akan punah karena tidak ada yang bisa memainkan alat musik tersebut.
Dilain pihak bahwa kondisi ini tidak didukung oleh regulasi pemerintah setempat yang terkesan membiarkan atau bahkan memang tidak ada gerakan untuk melestarikan salah satu mahakarya suku Duri di Enrekang. Nyaris tidak ada tindakan yang real dilapangan yang bisa menyelamatkan musik khas Bumi Massenrempulu ini. Dalam hal ini yang penulis maksud adalah pada tataran aplikasi kebijakan. Memang dibeberapa sekolah ada ekstra kurikuler musik bas namun hal ini minim pembinaan dan perhatian dari pemerintah setempat. Kabupaten yang dijuluki jajaran gunung ini sejatinya memiliki banyak sekali potensi wisata baik alam, budaya dan kesenian yang bisa di gali lebih dalam, tapi sayang sekali pemerintah daerah seolah tertidur di ruang-ruang ber AC mereka. 
Musik bambu Enrekang ;source Maspul.wordpress
Melihat tanyangan di TV tersebut seolah memberikan gambaran nyata bahwa memang kita harus mengelus dada dan mengisinya dengan berlapis-lapis kesabaran. Sebuah realita yang pahit bahwa kita akan menyaksikan salah satu hasil peradaban suku Duri ini lenyap seiring jaman. Masyarakat sudah mengambil perannya bahkan dengan swadaya dan modal pribadi. Para penggiat-penggiat musik bambu dipelosok-pelosok senantiasa siap,maka perhatian dan inovasi-inovasi yang visionerlah yang dapat kita harapkan dari para stakeholder terkait.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar