PONGKE
(Musik bambu yang terancam hilang)
Baru-baru
ini penulis menonton tanyangan di salah satu stasiun swasta yang isi
tanyangannya tentang Pongke musik bambu khas suku Duri Enrekang
Sulawesi-Selatan. Masyarakat Indonesia
dan dunia mungkin hanya akrab dengan angklung musik bambu dari tanah Sunda ini
memang sudah mendunia. Promosi yang massive dari pemerintah daerah sampai pusat
memang dari dulu gencar dilakukan, hasilnya pun kini dunia mengenal angklung
sebagai maha karya yang luar biasa.
![]() |
Pemain musik Pobgke ;source 360 metro tv |
Pongke
adalah salah satu instrumen dalam satu paduan instrumen musik bambu di
kabupaten Enrekang yang dikenal dengan nama musik bas. Dalam musik bas ada
beberapa instrumen musik pelengkap seperti suling dan pongke ukuranya pun
bervariasi dari suling yang kecil yang berperan sebagai melodi sampe suling
yang ukuran lebih besar. Demikian pula dengan pongke ada yang ukuranya kecil
sampai yang besar . Pertunjukan musik bas biasa dimaikan dalam grup mirip
seperti orkestra lengkap dengan dirigennya. Pongke berperan sebagai instrumen
penghasil nada-nada sofran yang masyarakat Duri sebut dengan bas tadi. Memang
ukuranya yang besar juga menghasilkan nada yang berat seperti bas. Maslahnya
untuk memaikan Pongke dibutuhkan teknik dan pelatihan yang kusus karena tidak mudah
memainkan alat musik yang satu ini. Dengan ukurannya yang besar maka otomatis
membutuhkan membutuhkan tenaga dan nafas yang kuat.
![]() |
Beragam ukuran Instrumen Pongke |
Sebenarnya
yang membuat pongke terancam punah adalah karena sudah sangat sedikit sekali
orang yang bisa memainkan pongke. Saat ini pun yang bisa memainkan alat musik
ini usianya rata-rata diatas 40 tahun. Hal ini tentu sangat memprihatinkan jika
tidak ada regenerasi maka bisa dipastikan 10 atau 20 tahun yang akan datang
alat musik pongke benar-benar akan punah karena tidak ada yang bisa memainkan
alat musik tersebut.
Dilain
pihak bahwa kondisi ini tidak didukung oleh regulasi pemerintah setempat yang
terkesan membiarkan atau bahkan memang tidak ada gerakan untuk melestarikan
salah satu mahakarya suku Duri di Enrekang. Nyaris tidak ada tindakan yang real
dilapangan yang bisa menyelamatkan musik khas Bumi Massenrempulu ini. Dalam hal
ini yang penulis maksud adalah pada tataran aplikasi kebijakan. Memang
dibeberapa sekolah ada ekstra kurikuler musik bas namun hal ini minim pembinaan
dan perhatian dari pemerintah setempat. Kabupaten yang dijuluki jajaran gunung
ini sejatinya memiliki banyak sekali potensi wisata baik alam, budaya dan
kesenian yang bisa di gali lebih dalam, tapi sayang sekali pemerintah daerah
seolah tertidur di ruang-ruang ber AC mereka.
![]() |
Musik bambu Enrekang ;source Maspul.wordpress |
Melihat
tanyangan di TV tersebut seolah memberikan gambaran nyata bahwa memang kita
harus mengelus dada dan mengisinya dengan berlapis-lapis kesabaran. Sebuah
realita yang pahit bahwa kita akan menyaksikan salah satu hasil peradaban suku
Duri ini lenyap seiring jaman. Masyarakat sudah mengambil perannya bahkan
dengan swadaya dan modal pribadi. Para penggiat-penggiat musik bambu
dipelosok-pelosok senantiasa siap,maka perhatian dan inovasi-inovasi yang
visionerlah yang dapat kita harapkan dari para stakeholder terkait.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar